Sinisnya malam
menghapus semua jejak dalam pekatnya
menghalau semua cahaya bulan dan bintang
menelan semua irama malam
mengikis habis semua rasa
Berharap pada sang fajar
Namun embunpun menghilang
Mentari tak lagi sehangat biasa
hanya awan gelap yang bergelayut manja
seakan turut merasakan duka
Kemanakah akan dibawa,
Berharap pada senja ?
dapatkah ia membaca ?
tentang semua gundah gulana
yang lama tertahan dan terbelenggu
oleh Jiwa yang Merana
eWie - 21-02-2011
Popular Posts
Categories
- Puisi Alam (1)
- Puisi Ceria (1)
- Puisi Cinta (36)
- Puisi Hati (8)
- Puisi suara Hati (3)
- Puisi Ultah (2)
- Puisi Untuk Anak (2)
- Puisi Untuk Ayah (2)
- Puisi untuk Ibu (2)
- Puisi Untuk Sang Pencipta (2)
Blog Archive
-
▼
2011
(56)
-
▼
Februari
(30)
- Bunda, aku Merindumu
- Pesona
- Pecundang
- Tegar
- Luruh
- Kupercaya Cintamu
- Tetaplah Disisiku
- Menginginkanmu
- Jiwaku Merindu
- Khayal dan Mimpiku
- Tepian Cinta
- Senandung Sepi
- Cemburu
- Bait Lukaku
- Cinta Ibu
- Slalu Kutunggu
- Cahaya Hatiku
- Ciuman Pertama
- Rimba Cintaku
- Ruangku adalah Harumu
- Rindu Ayah
- Elegi Cinta
- Penantian Hampa
- Kau Dermaga Terakhirku
- Terima Kasih Telah Mencintaiku
- Bantu Aku
- Harapmu
- Mau tapi Malu
- Lelaki Pertama
- Memory
-
▼
Februari
(30)
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar